Dompu,Realitanya.Com– Isu ribuan sapi yang tidak laku terjual di DKI Jakarta pada moment Idul Qurban tahun, cukup santer disejumlah media massa, bahkan menjadi tranding topik yang paling menarik saat ini.
Tak hanya pengusaha sapi asal Dompu, bahkan sejumlah kota/kabupate di NTB, ikut merasakan imbasnya, dan tengah diliputi dengan masalah sapi-sapi mereka yang gagal jual.
Kepala Dinas Peternekan dan Kesehatan Hewan (Disnakwan) Dompu, Muhammad Abduh SE, M.SI Senin (10/7/2023) mengatakan, sejumlah kendala yang dihadapi penjual sapi asal Dompu dan Bima di Jakarta yang berimplikasi pada tidak terjualnya sejumlah sapi.
Lanjutnya, kendala tersebut diantaranya kondisi sapi Dompu yang tak mampu berkompetisi dengan sapi dari daerah lain, seperti bobot sapi dibawa standar. Idealnya berat badan sapi yang paling disukai pembeli di ibu kota tersebut berkisar di 300 kg ke atas. Sementara bobot sapi asal Dompu rata rata dibawa 300 kg. “Namanya pembeli di kota besar, lebih suka membeli sapi dengan bobot 300 kg ke,”ujarnya.
Disisi lain, ketatnya kompetisi dalam penjualan sapi di pada musim Qurban kali ini, dipengaruhi membludaknya jumlah sapi yang dikirim, apalagi tidak dibarengi dengan informasi kebutuhan pasar dari daerah tujuan. Bayangkan saja jelang Idul Adha, jumlah sapi asal Dompu yang terkirim ke DKI sebanyak 4000 lebih ekor sapi jantan. Angka ini cukup dramatis, dibandingkan tahun lalu hanya berkisar ratusan ekor saja.
Keleluasaan pengusaha mengirim sapi dalam jumlah besar, karena besarnya peluang yang diberikan Pemerintah Provinsi NTB. Kenapa tidak, kuota pengiriman sapi Dompu keluar daerah selama setahun sebanyak 6000 ekor. Kuota tersebut terlampau lebih besar dibandingkan tahun 2022 lalu hanya 550 ekor. Kendati demikian, jatah pengiriman dari Dompu masih terlampau kecil dibandingkan Kabupaten Bima di tahun 2023 ini sebanyak 23.000 ekor. “Yang netapkan kuota itu adalah Provinsi. Kabupaten hanya mengikuti juknis dari Provinsi tersebut,”terangnya.
Pemerintah provinsi memang terlibat banyak dalam kebijakan pengiriman ternak ke luar daerah, termasuk lintas koordinasi dengan daerah tujuan pengiriman. Dalam hal jumlah sapi yang akan dikirim setiap bulannya, Kabupaten hanya mengikuti rekomendasi dari Provinsi. “Dimana rekomendasi itu adalah tindak lanjut dari permintaan sapi berdasarkan kebutuhan pasar dari daerah tujuan,”jelasnya.
Menanggapi keinginan sejumlah pedagang yang ingin memulangkan sapi tak laku itu ke daerah. Kadis secara tegas tak akan memenuhinya. Alasannya, untuk menghindari tertularnya ternak sapi-sapi itu. Apalagi di kota Jakarta dan sekitarnya, sedang pandemi antrax, penyakit mulut dan kuku serta penyakit berbahaya lainnya. Ini akan dampak ikutan yang menimbulkan ancaman kesehatan ternak di Dompu. “Ndak bisa dikembalikan ke sini. Jelas kami menolaknya. Kita tak ingin mengambil resiko besar atas masalah ini,”tandasnya.
Persoalan yang menimpa pedagang sapi di DKI kedepannya dapat menjadi barometer bagi pemerintah dan semua pihak, dalam mengambil langkah komperhensif sehingga keadaan seperti yang terjadi sekarang tidak terluang kembali. (Qil)